Pelatihan Sabut Kelapa Kebumen Banyurata: Meningkatkan Keterampilan Produksi dan Inovasi

Pelatihan Sabut Kelapa Kebumen Banyurata: Meningkatkan Keterampilan Produksi dan Inovasi

Pelatihan Sabut Kelapa Kebumen Banyurata: Mengasah Keterampilan dan Memperluas Wawasan

Pada 16–17 September 2023, Desa Banyurata, Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah menjadi pusat kegiatan pelatihan sabut kelapa yang diinisiasi oleh Karang Taruna Kabupaten Kebumen. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat dalam mengolah sabut kelapa menjadi produk bernilai jual tinggi.

Pelatihan sabut kelapa Kebumen Banyurata membuat pot strimin dan tas cocosheet

Pengenalan Sabut Kelapa dan Manfaatnya

Pelatihan dibuka dengan sesi pengenalan sabut kelapa, membahas manfaatnya untuk lingkungan dan potensi ekonominya. Peserta diperkenalkan pada berbagai produk turunan sabut kelapa yang memiliki permintaan tinggi di pasar, baik lokal maupun internasional.

Praktik Pembuatan Produk Kerajinan

Materi inti mencakup praktik teknis pembuatan:

  • Pot strimin: produk dekoratif sekaligus fungsional untuk tanaman.

  • Tas dari cocosheet: tas ramah lingkungan yang kuat dan stylish.

Peserta dilatih mulai dari persiapan bahan, teknik anyaman, hingga finishing produk agar layak jual dan menarik bagi konsumen.

Pelatihan sabut kelapa Kebumen Banyurata membuat pot strimin dan tas cocosheet

Kunjungan ke Pabrik Pengolahan Sabut Kelapa

Salah satu sesi istimewa dalam pelatihan ini adalah kunjungan langsung ke pabrik pengolahan sabut kelapa. Peserta dapat melihat proses produksi skala industri, penggunaan mesin modern, dan standar kualitas yang diterapkan untuk menghasilkan produk berkualitas ekspor.

Dampak dan Harapan

Melalui pelatihan ini, masyarakat diharapkan mampu mengembangkan usaha berbasis sabut kelapa, meningkatkan pendapatan, dan memperluas pasar produk lokal. Kegiatan ini juga mendorong kreativitas serta kolaborasi antar warga desa.

Artikel Lainnya :

Cocopeat selama ini dikenal luas sebagai media tanam organik. Namun, pemanfaatan cocopeat ternyata jauh lebih luas, terutama dalam proyek-proyek lingkungan hidup dan rehabilitasi lahan. Terbuat dari serbuk sabut kelapa, cocopeat memiliki daya serap air tinggi, ringan, dan terurai secara alami (biodegradable).

Sifat tersebut menjadikan cocopeat sangat cocok untuk digunakan dalam program penghijauan, reboisasi, dan pemulihan lahan pasca-tambang.

Di banyak wilayah bekas tambang, tanah menjadi padat dan sulit menyerap air. Cocopeat berperan sebagai bahan penutup (mulch) yang membantu:
• Menahan air hujan agar tidak langsung mengalir
• Mengurangi risiko erosi
• Menyediakan media tanam bagi bibit tanaman penutup tanah
Program CSR dari perusahaan tambang maupun perkebunan mulai mewajibkan penggunaan cocopeat dalam proses revegetasi untuk memastikan tanah kembali subur.
Di daerah rawan kekeringan, penggunaan cocopeat sangat efektif untuk mempertahankan kelembapan tanah. Dengan daya simpan air hingga 8 kali beratnya, cocopeat memungkinkan tanaman tetap tumbuh sehat meskipun curah hujan minim.
Pelatihan Sabut Kelapa Kulonprogo: Pengembangan Produk Unggulan Daerah

Pelatihan Sabut Kelapa Kulonprogo: Pengembangan Produk Unggulan Daerah

Pelatihan Sabut Kelapa Kulonprogo: Mengembangkan Produk Unggulan Berbasis Lokal

Pada 05–08 Juni 2023, Desa Pengasih, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta menjadi tuan rumah pelatihan sabut kelapa yang diselenggarakan oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kulonprogo. Selama 4 hari pelatihan, peserta mendapatkan bekal keterampilan teknis dan pengetahuan bisnis untuk mengoptimalkan potensi sabut kelapa sebagai produk unggulan daerah.

Pelatihan sabut kelapa Kulonprogo membuat produk unggulan daerah

Pengenalan Sabut Kelapa dan Manfaat Ekonominya

Pelatihan diawali dengan pengenalan sabut kelapa sebagai sumber daya alam yang melimpah di daerah pesisir. Peserta mempelajari manfaat ekonominya, peluang pasar, dan potensinya dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis lokal.

Praktik Pembuatan Produk Kerajinan

Materi inti pelatihan berfokus pada praktik pembuatan berbagai produk turunan sabut kelapa seperti:

  • Keset anyam dan keset babat

  • Pot strimin dan pot anyam

  • Tas dari cocosheet

  • Topi berbahan sabut kelapa

Peserta dilatih mulai dari pemilihan bahan, teknik produksi, hingga finishing agar produk berkualitas tinggi dan siap bersaing di pasar.

Pelatihan sabut kelapa Kulonprogo membuat produk unggulan daerah

Materi Bisnis dan Pemasaran Produk

Selain keterampilan teknis, peserta juga mendapatkan materi perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP), teknik produksi yang efisien, dan strategi pemasaran. Strategi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan lokal agar produk mampu bersaing baik di pasar daerah maupun luar daerah.

Dampak bagi Masyarakat Kulonprogo

Pelatihan ini diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk menjadikan sabut kelapa sebagai sumber penghasilan tambahan, sekaligus melestarikan kerajinan tradisional yang ramah lingkungan.

Artikel Lainnya :

Cocopeat selama ini dikenal luas sebagai media tanam organik. Namun, pemanfaatan cocopeat ternyata jauh lebih luas, terutama dalam proyek-proyek lingkungan hidup dan rehabilitasi lahan. Terbuat dari serbuk sabut kelapa, cocopeat memiliki daya serap air tinggi, ringan, dan terurai secara alami (biodegradable).

Sifat tersebut menjadikan cocopeat sangat cocok untuk digunakan dalam program penghijauan, reboisasi, dan pemulihan lahan pasca-tambang.

Di banyak wilayah bekas tambang, tanah menjadi padat dan sulit menyerap air. Cocopeat berperan sebagai bahan penutup (mulch) yang membantu:
• Menahan air hujan agar tidak langsung mengalir
• Mengurangi risiko erosi
• Menyediakan media tanam bagi bibit tanaman penutup tanah
Program CSR dari perusahaan tambang maupun perkebunan mulai mewajibkan penggunaan cocopeat dalam proses revegetasi untuk memastikan tanah kembali subur.
Di daerah rawan kekeringan, penggunaan cocopeat sangat efektif untuk mempertahankan kelembapan tanah. Dengan daya simpan air hingga 8 kali beratnya, cocopeat memungkinkan tanaman tetap tumbuh sehat meskipun curah hujan minim.
Pelatihan Sabut Kelapa di Pacitan: Pembuatan Pot Strimin untuk Produk Lokal Bernilai

Pelatihan Sabut Kelapa di Pacitan: Pembuatan Pot Strimin untuk Produk Lokal Bernilai

Pelatihan Sabut Kelapa di Pacitan: Fokus pada Pembuatan Pot Strimin

Pada 23 Juli 2024, Desa Sumberejo, Kecamatan Sudimoro, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur menjadi lokasi penyelenggaraan pelatihan sabut kelapa yang diinisiasi oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Pacitan. Meskipun hanya berlangsung selama satu hari, pelatihan ini berhasil memberikan wawasan dan keterampilan praktis bagi para peserta.

Pelatihan sabut kelapa Pacitan membuat pot strimin berbahan sabut kelapa

Pengenalan Sabut Kelapa dan Potensinya

Sesi awal pelatihan dimulai dengan pengenalan sabut kelapa sebagai bahan baku kerajinan rumah tangga yang ramah lingkungan. Peserta diajak memahami karakteristik serat sabut, manfaatnya, dan berbagai produk turunan yang dapat dihasilkan, seperti keset, tas, atau pot tanaman.

Praktik Pembuatan Pot Strimin

Fokus utama pelatihan ini adalah pembuatan pot strimin, yaitu wadah tanaman berbahan dasar sabut kelapa yang memiliki nilai fungsional sekaligus dekoratif. Peserta dilatih mulai dari pemilihan bahan, teknik merangkai, hingga finishing agar produk memiliki kualitas yang baik dan tahan lama.

Pelatihan sabut kelapa Pacitan membuat pot strimin berbahan sabut kelapa

Dasar-Dasar Pemasaran Produk Lokal

Selain keterampilan teknis, peserta juga mendapatkan materi pemasaran produk lokal berbasis kerajinan sabut kelapa. Materi mencakup strategi sederhana untuk memperluas jangkauan pasar, memanfaatkan media sosial, hingga teknik pengemasan yang menarik.

Dampak Pelatihan bagi Masyarakat Pacitan

Pelatihan singkat ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi masyarakat Desa Sumberejo untuk mengembangkan usaha kerajinan berbahan sabut kelapa. Dengan keterampilan membuat pot strimin, peluang untuk menghasilkan produk bernilai jual tinggi semakin terbuka lebar.

Artikel Lainnya :

Cocopeat selama ini dikenal luas sebagai media tanam organik. Namun, pemanfaatan cocopeat ternyata jauh lebih luas, terutama dalam proyek-proyek lingkungan hidup dan rehabilitasi lahan. Terbuat dari serbuk sabut kelapa, cocopeat memiliki daya serap air tinggi, ringan, dan terurai secara alami (biodegradable).

Sifat tersebut menjadikan cocopeat sangat cocok untuk digunakan dalam program penghijauan, reboisasi, dan pemulihan lahan pasca-tambang.

Di banyak wilayah bekas tambang, tanah menjadi padat dan sulit menyerap air. Cocopeat berperan sebagai bahan penutup (mulch) yang membantu:
• Menahan air hujan agar tidak langsung mengalir
• Mengurangi risiko erosi
• Menyediakan media tanam bagi bibit tanaman penutup tanah
Program CSR dari perusahaan tambang maupun perkebunan mulai mewajibkan penggunaan cocopeat dalam proses revegetasi untuk memastikan tanah kembali subur.
Di daerah rawan kekeringan, penggunaan cocopeat sangat efektif untuk mempertahankan kelembapan tanah. Dengan daya simpan air hingga 8 kali beratnya, cocopeat memungkinkan tanaman tetap tumbuh sehat meskipun curah hujan minim.
Pelatihan Sabut Kelapa di Kalimantan Timur: Kembangkan Produk Kreatif Pesisir

Pelatihan Sabut Kelapa di Kalimantan Timur: Kembangkan Produk Kreatif Pesisir

Pelatihan Sabut Kelapa di Kalimantan Timur: Dorong Kreativitas dan Ekonomi Pesisir

Pada 23–25 Desember 2023, Desa Saloloang, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur menjadi lokasi pelatihan sabut kelapa yang diselenggarakan atas undangan Pertamina Hulu Kalimantan Timur. Selama 3 hari, kegiatan ini menggabungkan teori dan praktik untuk membekali peserta dengan keterampilan mengolah sabut kelapa menjadi produk bernilai tinggi.

Pelatihan sabut kelapa Kalimantan Timur membuat pot strimin, tas cocosheet, sandal, dan topi

Pengenalan Sabut Kelapa dan Potensi Pesisir

Hari pertama diawali dengan materi pengenalan sabut kelapa, mencakup karakteristik bahan, manfaat diversifikasi produk, dan peluang pasar khususnya di wilayah pesisir. Masyarakat diperlihatkan bahwa sabut kelapa, yang sering dianggap limbah, sebenarnya memiliki potensi ekonomi yang besar bila diolah dengan tepat.

Praktik Produksi Produk Kreatif

Peserta mendapatkan pelatihan langsung membuat:

  • Pot strimin

  • Tas dari cocosheet

  • Sandal sabut kelapa

  • Topi kerajinan

Pelatihan ini menggabungkan teknik produksi tradisional yang mengandalkan keterampilan tangan dan metode modern dengan bantuan peralatan sederhana.

Pelatihan sabut kelapa Kalimantan Timur membuat pot strimin, tas cocosheet, sandal, dan topi

Materi Perhitungan HPP dan Pemasaran

Selain keterampilan teknis, peserta diajarkan cara menghitung Harga Pokok Produksi (HPP) untuk menentukan harga jual yang kompetitif. Materi juga mencakup strategi pemasaran langsung berbasis komunitas, sehingga produk dapat lebih cepat dikenal di pasar lokal maupun antarwilayah.

Dampak bagi Masyarakat Pesisir

Program ini diharapkan membuka peluang usaha baru, mengurangi limbah kelapa, serta meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir Kalimantan Timur. Dukungan Pertamina Hulu Kalimantan Timur menjadi bukti nyata bahwa kemitraan antara perusahaan dan masyarakat dapat menciptakan dampak positif berkelanjutan.

Artikel Lainnya :

Cocopeat selama ini dikenal luas sebagai media tanam organik. Namun, pemanfaatan cocopeat ternyata jauh lebih luas, terutama dalam proyek-proyek lingkungan hidup dan rehabilitasi lahan. Terbuat dari serbuk sabut kelapa, cocopeat memiliki daya serap air tinggi, ringan, dan terurai secara alami (biodegradable).

Sifat tersebut menjadikan cocopeat sangat cocok untuk digunakan dalam program penghijauan, reboisasi, dan pemulihan lahan pasca-tambang.

Di banyak wilayah bekas tambang, tanah menjadi padat dan sulit menyerap air. Cocopeat berperan sebagai bahan penutup (mulch) yang membantu:
• Menahan air hujan agar tidak langsung mengalir
• Mengurangi risiko erosi
• Menyediakan media tanam bagi bibit tanaman penutup tanah
Program CSR dari perusahaan tambang maupun perkebunan mulai mewajibkan penggunaan cocopeat dalam proses revegetasi untuk memastikan tanah kembali subur.
Di daerah rawan kekeringan, penggunaan cocopeat sangat efektif untuk mempertahankan kelembapan tanah. Dengan daya simpan air hingga 8 kali beratnya, cocopeat memungkinkan tanaman tetap tumbuh sehat meskipun curah hujan minim.
Pelatihan Sabut Kelapa di Jambi: 3 Hari Tingkatkan Keterampilan Ekonomi Kreatif

Pelatihan Sabut Kelapa di Jambi: 3 Hari Tingkatkan Keterampilan Ekonomi Kreatif

Pelatihan Sabut Kelapa di Jambi: Mendorong Ekonomi Kreatif Berbasis Potensi Lokal

Pada 23–25 Agustus 2023, Desa Karyamaju, Kecamatan Pengabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi menjadi tuan rumah pelatihan sabut kelapa yang diinisiasi oleh Bank Indonesia. Selama 3 hari, kegiatan ini difokuskan pada pengembangan keterampilan masyarakat dalam mengolah sabut kelapa menjadi produk bernilai jual tinggi.

Pelatihan sabut kelapa di Jambi membuat pot strimin, cocopot, tas cocosheet, sandal, mainan kucing, dan keset babat

Pengenalan Sabut Kelapa dan Potensi Ekonominya

Hari pertama pelatihan diawali dengan materi pengenalan sabut kelapa. Peserta diberikan wawasan mengenai potensi komersial sabut kelapa sebagai bahan baku ekonomi kreatif yang ramah lingkungan. Sabut kelapa, yang selama ini sering dianggap limbah, ternyata dapat diolah menjadi berbagai produk fungsional dan dekoratif.

Produk yang Dihasilkan

Selama pelatihan, peserta mempelajari cara membuat:

  • Pot strimin

  • Cocopot

  • Sikat pembersih

  • Tas dari cocosheet

  • Sandal

  • Mainan kucing

  • Keset babat

Pelatihan sabut kelapa di Jambi membuat pot strimin, cocopot, tas cocosheet, sandal, mainan kucing, dan keset babat

Materi Produksi dan Pemasaran

Peserta dilatih mulai dari teknik produksi tradisional hingga penggunaan mesin, sehingga dapat memilih metode yang sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Selain itu, diberikan juga materi penghitungan Harga Pokok Produksi (HPP) agar peserta dapat menentukan harga jual yang kompetitif.

Sesi terakhir berfokus pada strategi pemasaran yang relevan dengan kondisi lokal, termasuk promosi di media sosial, pembuatan kemasan menarik, dan pemanfaatan jaringan komunitas untuk memperluas pasar.

Dampak bagi Masyarakat Jambi

Pelatihan ini diharapkan tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis, tetapi juga membuka peluang usaha baru, mengurangi limbah, dan memperkuat ekonomi desa. Dukungan Bank Indonesia dalam program ini menjadi bentuk nyata komitmen terhadap pengembangan UMKM berbasis potensi lokal.

Artikel Lainnya :

Cocopeat selama ini dikenal luas sebagai media tanam organik. Namun, pemanfaatan cocopeat ternyata jauh lebih luas, terutama dalam proyek-proyek lingkungan hidup dan rehabilitasi lahan. Terbuat dari serbuk sabut kelapa, cocopeat memiliki daya serap air tinggi, ringan, dan terurai secara alami (biodegradable).

Sifat tersebut menjadikan cocopeat sangat cocok untuk digunakan dalam program penghijauan, reboisasi, dan pemulihan lahan pasca-tambang.

Di banyak wilayah bekas tambang, tanah menjadi padat dan sulit menyerap air. Cocopeat berperan sebagai bahan penutup (mulch) yang membantu:
• Menahan air hujan agar tidak langsung mengalir
• Mengurangi risiko erosi
• Menyediakan media tanam bagi bibit tanaman penutup tanah
Program CSR dari perusahaan tambang maupun perkebunan mulai mewajibkan penggunaan cocopeat dalam proses revegetasi untuk memastikan tanah kembali subur.
Di daerah rawan kekeringan, penggunaan cocopeat sangat efektif untuk mempertahankan kelembapan tanah. Dengan daya simpan air hingga 8 kali beratnya, cocopeat memungkinkan tanaman tetap tumbuh sehat meskipun curah hujan minim.
Pelatihan Sabut Kelapa di Timor Leste: 10 Hari Tingkatkan Keterampilan & Ekonomi Lokal

Pelatihan Sabut Kelapa di Timor Leste: 10 Hari Tingkatkan Keterampilan & Ekonomi Lokal

10 Hari Pelatihan Sabut Kelapa di Timor Leste Bersama ILO PBB

Dalam upaya meningkatkan keterampilan masyarakat dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam lokal, ILO PBB mengundang Oesaka Indonesia untuk menyelenggarakan pelatihan sabut kelapa di Timor Leste selama 10 hari. Program ini difokuskan pada pemberdayaan ekonomi berbasis limbah alami yang ramah lingkungan.

Pelatihan sabut kelapa di Timor Leste, peserta membuat keset, pot, cocosheet, dan cocopeat

Sabut Kelapa, Limbah Bernilai Ekspor

Pelatihan diawali dengan pengenalan sabut kelapa sebagai limbah pertanian yang memiliki potensi tinggi untuk diolah menjadi produk bernilai ekspor. Peserta belajar memahami karakteristik serat sabut kelapa, teknik pengolahan, serta peluang bisnis yang dapat diciptakan dari bahan baku ini.

Produk yang Dihasilkan Peserta

Peserta dilatih memproduksi beragam kerajinan dan produk fungsional seperti:

  • Pot anyam & pot strimin

  • Keset anyam & keset babat

  • Cocosheet & cocopot

  • Sikat pembersih

  • Cocopeat untuk media tanam

Pelatihan sabut kelapa di Timor Leste, peserta membuat keset, pot, cocosheet, dan cocopeat

Materi Bisnis dan Pemasaran

Selain keterampilan produksi, peserta mendapatkan pelatihan perhitungan modal dan keuntungan, strategi branding, serta teknik pemasaran untuk memperluas jangkauan penjualan produk ke pasar lokal maupun internasional.

Pendekatan ini bertujuan agar pelatihan tidak hanya mencetak pengrajin terampil, tetapi juga wirausahawan yang mampu bersaing di pasar global.

Dampak Positif bagi Masyarakat Timor Leste

Program ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi limbah sabut kelapa, serta meningkatkan pendapatan keluarga. Peserta juga didorong untuk membentuk kelompok usaha bersama guna memperkuat kapasitas produksi.

Artikel Lainnya :

Cocopeat selama ini dikenal luas sebagai media tanam organik. Namun, pemanfaatan cocopeat ternyata jauh lebih luas, terutama dalam proyek-proyek lingkungan hidup dan rehabilitasi lahan. Terbuat dari serbuk sabut kelapa, cocopeat memiliki daya serap air tinggi, ringan, dan terurai secara alami (biodegradable).

Sifat tersebut menjadikan cocopeat sangat cocok untuk digunakan dalam program penghijauan, reboisasi, dan pemulihan lahan pasca-tambang.

Di banyak wilayah bekas tambang, tanah menjadi padat dan sulit menyerap air. Cocopeat berperan sebagai bahan penutup (mulch) yang membantu:
• Menahan air hujan agar tidak langsung mengalir
• Mengurangi risiko erosi
• Menyediakan media tanam bagi bibit tanaman penutup tanah
Program CSR dari perusahaan tambang maupun perkebunan mulai mewajibkan penggunaan cocopeat dalam proses revegetasi untuk memastikan tanah kembali subur.
Di daerah rawan kekeringan, penggunaan cocopeat sangat efektif untuk mempertahankan kelembapan tanah. Dengan daya simpan air hingga 8 kali beratnya, cocopeat memungkinkan tanaman tetap tumbuh sehat meskipun curah hujan minim.