Pelatihan Sabut Kelapa di Bantul: Menggugah Potensi UMKM Desa Trimurti

Kegiatan pelatihan sabut kelapa yang diselenggarakan di Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, menjadi salah satu langkah strategis dalam mendorong ekonomi kreatif lokal. Program ini merupakan hasil kerja sama antara praktisi sabut kelapa dan DKUKMPP Bantul, berlangsung selama 3 hari penuh.

Pelatihan sabut kelapa di Bantul, warga membuat cocopot dan kerajinan tangan dari sabut

Pengenalan Sabut Kelapa dan Karakter Serat

Hari pertama dibuka dengan materi pengenalan sabut kelapa, karakteristik serat, serta potensi penggunaannya dalam kerajinan rumah tangga. Para peserta dikenalkan bahwa sabut kelapa bukan sekadar limbah, melainkan bahan baku bernilai tinggi yang bisa diolah menjadi produk fungsional dan estetis.

Praktik Produk Turunan dan Penghitungan HPP

Materi berlanjut dengan penghitungan Harga Pokok Produksi (HPP) agar peserta memahami aspek bisnis dari produk sabut kelapa. Produk yang dibuat antara lain:

  • Pot Strimin

  • Tas sabut kelapa

  • Cocopot

  • Topi kerajinan

Peserta diajarkan teknik dasar dan finishing, serta strategi pemasaran sederhana agar produk lebih menarik dan kompetitif di pasaran.

Pelatihan sabut kelapa di Bantul, warga membuat cocopot dan kerajinan tangan dari sabut

Diskusi dan Konsultasi Antar Peserta

Sesi terakhir diisi dengan diskusi terbuka dan konsultasi antar peserta. Mereka membahas kendala dalam proses produksi, pemasaran, hingga distribusi. Forum ini menjadi sarana bertukar ide dan memperkuat jaringan antar pelaku UMKM desa.

Harapan dan Tindak Lanjut

Dengan pelatihan ini, warga Desa Trimurti diharapkan tidak hanya bisa memproduksi kerajinan berbasis sabut kelapa, tetapi juga mampu mengembangkan usaha secara mandiri. Edukasi sabut kelapa semacam ini terbukti efektif sebagai model pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal.

Artikel Lainnya :

Cocopeat selama ini dikenal luas sebagai media tanam organik. Namun, pemanfaatan cocopeat ternyata jauh lebih luas, terutama dalam proyek-proyek lingkungan hidup dan rehabilitasi lahan. Terbuat dari serbuk sabut kelapa, cocopeat memiliki daya serap air tinggi, ringan, dan terurai secara alami (biodegradable).

Sifat tersebut menjadikan cocopeat sangat cocok untuk digunakan dalam program penghijauan, reboisasi, dan pemulihan lahan pasca-tambang.

Di banyak wilayah bekas tambang, tanah menjadi padat dan sulit menyerap air. Cocopeat berperan sebagai bahan penutup (mulch) yang membantu:
• Menahan air hujan agar tidak langsung mengalir
• Mengurangi risiko erosi
• Menyediakan media tanam bagi bibit tanaman penutup tanah
Program CSR dari perusahaan tambang maupun perkebunan mulai mewajibkan penggunaan cocopeat dalam proses revegetasi untuk memastikan tanah kembali subur.
Di daerah rawan kekeringan, penggunaan cocopeat sangat efektif untuk mempertahankan kelembapan tanah. Dengan daya simpan air hingga 8 kali beratnya, cocopeat memungkinkan tanaman tetap tumbuh sehat meskipun curah hujan minim.