Pelatihan Sabut Kelapa di Jambi: Mendorong Ekonomi Kreatif Berbasis Potensi Lokal

Pada 23–25 Agustus 2023, Desa Karyamaju, Kecamatan Pengabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi menjadi tuan rumah pelatihan sabut kelapa yang diinisiasi oleh Bank Indonesia. Selama 3 hari, kegiatan ini difokuskan pada pengembangan keterampilan masyarakat dalam mengolah sabut kelapa menjadi produk bernilai jual tinggi.

Pelatihan sabut kelapa di Jambi membuat pot strimin, cocopot, tas cocosheet, sandal, mainan kucing, dan keset babat

Pengenalan Sabut Kelapa dan Potensi Ekonominya

Hari pertama pelatihan diawali dengan materi pengenalan sabut kelapa. Peserta diberikan wawasan mengenai potensi komersial sabut kelapa sebagai bahan baku ekonomi kreatif yang ramah lingkungan. Sabut kelapa, yang selama ini sering dianggap limbah, ternyata dapat diolah menjadi berbagai produk fungsional dan dekoratif.

Produk yang Dihasilkan

Selama pelatihan, peserta mempelajari cara membuat:

  • Pot strimin

  • Cocopot

  • Sikat pembersih

  • Tas dari cocosheet

  • Sandal

  • Mainan kucing

  • Keset babat

Pelatihan sabut kelapa di Jambi membuat pot strimin, cocopot, tas cocosheet, sandal, mainan kucing, dan keset babat

Materi Produksi dan Pemasaran

Peserta dilatih mulai dari teknik produksi tradisional hingga penggunaan mesin, sehingga dapat memilih metode yang sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Selain itu, diberikan juga materi penghitungan Harga Pokok Produksi (HPP) agar peserta dapat menentukan harga jual yang kompetitif.

Sesi terakhir berfokus pada strategi pemasaran yang relevan dengan kondisi lokal, termasuk promosi di media sosial, pembuatan kemasan menarik, dan pemanfaatan jaringan komunitas untuk memperluas pasar.

Dampak bagi Masyarakat Jambi

Pelatihan ini diharapkan tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis, tetapi juga membuka peluang usaha baru, mengurangi limbah, dan memperkuat ekonomi desa. Dukungan Bank Indonesia dalam program ini menjadi bentuk nyata komitmen terhadap pengembangan UMKM berbasis potensi lokal.

Artikel Lainnya :

Cocopeat selama ini dikenal luas sebagai media tanam organik. Namun, pemanfaatan cocopeat ternyata jauh lebih luas, terutama dalam proyek-proyek lingkungan hidup dan rehabilitasi lahan. Terbuat dari serbuk sabut kelapa, cocopeat memiliki daya serap air tinggi, ringan, dan terurai secara alami (biodegradable).

Sifat tersebut menjadikan cocopeat sangat cocok untuk digunakan dalam program penghijauan, reboisasi, dan pemulihan lahan pasca-tambang.

Di banyak wilayah bekas tambang, tanah menjadi padat dan sulit menyerap air. Cocopeat berperan sebagai bahan penutup (mulch) yang membantu:
• Menahan air hujan agar tidak langsung mengalir
• Mengurangi risiko erosi
• Menyediakan media tanam bagi bibit tanaman penutup tanah
Program CSR dari perusahaan tambang maupun perkebunan mulai mewajibkan penggunaan cocopeat dalam proses revegetasi untuk memastikan tanah kembali subur.
Di daerah rawan kekeringan, penggunaan cocopeat sangat efektif untuk mempertahankan kelembapan tanah. Dengan daya simpan air hingga 8 kali beratnya, cocopeat memungkinkan tanaman tetap tumbuh sehat meskipun curah hujan minim.