Pelatihan Sabut Kelapa di Pacitan: Fokus pada Pembuatan Pot Strimin

Pada 23 Juli 2024, Desa Sumberejo, Kecamatan Sudimoro, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur menjadi lokasi penyelenggaraan pelatihan sabut kelapa yang diinisiasi oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Pacitan. Meskipun hanya berlangsung selama satu hari, pelatihan ini berhasil memberikan wawasan dan keterampilan praktis bagi para peserta.

Pelatihan sabut kelapa Pacitan membuat pot strimin berbahan sabut kelapa

Pengenalan Sabut Kelapa dan Potensinya

Sesi awal pelatihan dimulai dengan pengenalan sabut kelapa sebagai bahan baku kerajinan rumah tangga yang ramah lingkungan. Peserta diajak memahami karakteristik serat sabut, manfaatnya, dan berbagai produk turunan yang dapat dihasilkan, seperti keset, tas, atau pot tanaman.

Praktik Pembuatan Pot Strimin

Fokus utama pelatihan ini adalah pembuatan pot strimin, yaitu wadah tanaman berbahan dasar sabut kelapa yang memiliki nilai fungsional sekaligus dekoratif. Peserta dilatih mulai dari pemilihan bahan, teknik merangkai, hingga finishing agar produk memiliki kualitas yang baik dan tahan lama.

Pelatihan sabut kelapa Pacitan membuat pot strimin berbahan sabut kelapa

Dasar-Dasar Pemasaran Produk Lokal

Selain keterampilan teknis, peserta juga mendapatkan materi pemasaran produk lokal berbasis kerajinan sabut kelapa. Materi mencakup strategi sederhana untuk memperluas jangkauan pasar, memanfaatkan media sosial, hingga teknik pengemasan yang menarik.

Dampak Pelatihan bagi Masyarakat Pacitan

Pelatihan singkat ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi masyarakat Desa Sumberejo untuk mengembangkan usaha kerajinan berbahan sabut kelapa. Dengan keterampilan membuat pot strimin, peluang untuk menghasilkan produk bernilai jual tinggi semakin terbuka lebar.

Artikel Lainnya :

Cocopeat selama ini dikenal luas sebagai media tanam organik. Namun, pemanfaatan cocopeat ternyata jauh lebih luas, terutama dalam proyek-proyek lingkungan hidup dan rehabilitasi lahan. Terbuat dari serbuk sabut kelapa, cocopeat memiliki daya serap air tinggi, ringan, dan terurai secara alami (biodegradable).

Sifat tersebut menjadikan cocopeat sangat cocok untuk digunakan dalam program penghijauan, reboisasi, dan pemulihan lahan pasca-tambang.

Di banyak wilayah bekas tambang, tanah menjadi padat dan sulit menyerap air. Cocopeat berperan sebagai bahan penutup (mulch) yang membantu:
• Menahan air hujan agar tidak langsung mengalir
• Mengurangi risiko erosi
• Menyediakan media tanam bagi bibit tanaman penutup tanah
Program CSR dari perusahaan tambang maupun perkebunan mulai mewajibkan penggunaan cocopeat dalam proses revegetasi untuk memastikan tanah kembali subur.
Di daerah rawan kekeringan, penggunaan cocopeat sangat efektif untuk mempertahankan kelembapan tanah. Dengan daya simpan air hingga 8 kali beratnya, cocopeat memungkinkan tanaman tetap tumbuh sehat meskipun curah hujan minim.