Pelatihan Sabut Kelapa di Purbalingga: Inovasi dari Desa Panusupan

Pada awal tahun ini, Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, menjadi lokasi penyelenggaraan pelatihan sabut kelapa yang diinisiasi oleh Disperakim Provinsi Jawa Tengah. Pelatihan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat desa melalui pemanfaatan limbah sabut kelapa menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.

Warga Desa Panusupan membuat kerajinan dari sabut kelapa dalam kegiatan pelatihan pemberdayaan

Materi Pengantar dan Pengenalan Potensi Sabut Kelapa

Pelatihan dimulai dengan pengenalan tentang jenis-jenis sabut kelapa, cara pemisahan serat dan serbuk, serta potensi pasarnya di sektor pertanian, kerajinan, dan industri rumah tangga. Peserta diajak memahami bahwa limbah kelapa yang selama ini tidak dimanfaatkan justru menyimpan peluang usaha yang menjanjikan jika diolah dengan tepat.

Praktik Langsung: Dari Limbah Jadi Produk

Kegiatan dilanjutkan dengan praktik teknis berupa:

  • Pembuatan keset sabut kelapa

  • Merancang sapu alami, topi sabut, dan tas anyaman

  • Teknik pengeringan alami tanpa listrik

  • Penggunaan mesin pemisah sabut sederhana

  • Pengenalan pengemasan dan strategi pemasaran manual

Peserta juga dilatih menghitung Harga Pokok Produksi (HPP) untuk memahami biaya dan keuntungan dari setiap produk.

Warga Desa Panusupan membuat kerajinan dari sabut kelapa dalam kegiatan pelatihan pemberdayaan

Diskusi dan Pemasaran Produk

Sesi diskusi kelompok mendorong peserta berbagi ide tentang bagaimana produk sabut kelapa bisa dikembangkan dan dipasarkan, baik di pasar lokal maupun secara daring. Masyarakat diajak berpikir kreatif untuk membuat desain produk yang menarik dan fungsional.

Artikel Lainnya :

Cocopeat selama ini dikenal luas sebagai media tanam organik. Namun, pemanfaatan cocopeat ternyata jauh lebih luas, terutama dalam proyek-proyek lingkungan hidup dan rehabilitasi lahan. Terbuat dari serbuk sabut kelapa, cocopeat memiliki daya serap air tinggi, ringan, dan terurai secara alami (biodegradable).

Sifat tersebut menjadikan cocopeat sangat cocok untuk digunakan dalam program penghijauan, reboisasi, dan pemulihan lahan pasca-tambang.

Di banyak wilayah bekas tambang, tanah menjadi padat dan sulit menyerap air. Cocopeat berperan sebagai bahan penutup (mulch) yang membantu:
• Menahan air hujan agar tidak langsung mengalir
• Mengurangi risiko erosi
• Menyediakan media tanam bagi bibit tanaman penutup tanah
Program CSR dari perusahaan tambang maupun perkebunan mulai mewajibkan penggunaan cocopeat dalam proses revegetasi untuk memastikan tanah kembali subur.
Di daerah rawan kekeringan, penggunaan cocopeat sangat efektif untuk mempertahankan kelembapan tanah. Dengan daya simpan air hingga 8 kali beratnya, cocopeat memungkinkan tanaman tetap tumbuh sehat meskipun curah hujan minim.