10 Hari Pelatihan Sabut Kelapa di Timor Leste Bersama ILO PBB

Dalam upaya meningkatkan keterampilan masyarakat dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam lokal, ILO PBB mengundang Oesaka Indonesia untuk menyelenggarakan pelatihan sabut kelapa di Timor Leste selama 10 hari. Program ini difokuskan pada pemberdayaan ekonomi berbasis limbah alami yang ramah lingkungan.

Pelatihan sabut kelapa di Timor Leste, peserta membuat keset, pot, cocosheet, dan cocopeat

Sabut Kelapa, Limbah Bernilai Ekspor

Pelatihan diawali dengan pengenalan sabut kelapa sebagai limbah pertanian yang memiliki potensi tinggi untuk diolah menjadi produk bernilai ekspor. Peserta belajar memahami karakteristik serat sabut kelapa, teknik pengolahan, serta peluang bisnis yang dapat diciptakan dari bahan baku ini.

Produk yang Dihasilkan Peserta

Peserta dilatih memproduksi beragam kerajinan dan produk fungsional seperti:

  • Pot anyam & pot strimin

  • Keset anyam & keset babat

  • Cocosheet & cocopot

  • Sikat pembersih

  • Cocopeat untuk media tanam

Pelatihan sabut kelapa di Timor Leste, peserta membuat keset, pot, cocosheet, dan cocopeat

Materi Bisnis dan Pemasaran

Selain keterampilan produksi, peserta mendapatkan pelatihan perhitungan modal dan keuntungan, strategi branding, serta teknik pemasaran untuk memperluas jangkauan penjualan produk ke pasar lokal maupun internasional.

Pendekatan ini bertujuan agar pelatihan tidak hanya mencetak pengrajin terampil, tetapi juga wirausahawan yang mampu bersaing di pasar global.

Dampak Positif bagi Masyarakat Timor Leste

Program ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi limbah sabut kelapa, serta meningkatkan pendapatan keluarga. Peserta juga didorong untuk membentuk kelompok usaha bersama guna memperkuat kapasitas produksi.

Artikel Lainnya :

Cocopeat selama ini dikenal luas sebagai media tanam organik. Namun, pemanfaatan cocopeat ternyata jauh lebih luas, terutama dalam proyek-proyek lingkungan hidup dan rehabilitasi lahan. Terbuat dari serbuk sabut kelapa, cocopeat memiliki daya serap air tinggi, ringan, dan terurai secara alami (biodegradable).

Sifat tersebut menjadikan cocopeat sangat cocok untuk digunakan dalam program penghijauan, reboisasi, dan pemulihan lahan pasca-tambang.

Di banyak wilayah bekas tambang, tanah menjadi padat dan sulit menyerap air. Cocopeat berperan sebagai bahan penutup (mulch) yang membantu:
• Menahan air hujan agar tidak langsung mengalir
• Mengurangi risiko erosi
• Menyediakan media tanam bagi bibit tanaman penutup tanah
Program CSR dari perusahaan tambang maupun perkebunan mulai mewajibkan penggunaan cocopeat dalam proses revegetasi untuk memastikan tanah kembali subur.
Di daerah rawan kekeringan, penggunaan cocopeat sangat efektif untuk mempertahankan kelembapan tanah. Dengan daya simpan air hingga 8 kali beratnya, cocopeat memungkinkan tanaman tetap tumbuh sehat meskipun curah hujan minim.